Tidak mau ribet beli alat musik? Silakan belanja online via Shopee

Selasa, 14 Agustus 2012

Kenapa Barang Sebelum Dikirim Harus Lunas ?

     Diam dan berucap lirih, Masya Allah...!
     Itu kata pertama yang keluar dari mulutku ketika harus mengalami kejadian tidak mengenakkan dalam bisnis. Barang pesanan Rebana Hadrah versi Habib Syeh kelas Super yang kukirim sejak Rabu tanggal 1 Agustus lalu belum terbayar, sampai saat ini. Tidak ada komunikasi, handphone sebagai satu-satunya alat saya biasa berhubungan dengan salah satu jaringan/ agen kami terputus, total ! Janggal ? Begitulah... Siapa yang tidak
curiga ?
     " Jangan su'udzon dulu, mungkin ini ujian Allah bagi kita di sepuluh terakhir Ramadlan ini. " Subhanallah... Itu kata-kata menyejukkan yang terucap dari istriku tercinta. Damai rasanya mendengar kata-katanya. " Semoga saja dia memang tengah khilaf dan akan segera mengingat kewajibannya. " lanjutnya terus mendamaikan hatiku.
     " Yah, semoga saja. Amin..." sahutku berharap-harap.
     Pelanggan setiaku yang terhormat. Itulah kenapa kami membuat peraturan bayar lunas sebelum barang dikirim pada setiap alat musik yang dipesan. Bukan karena kami tidak percaya pada para pemesan. Tapi kami berusaha semaksimal mungkin menghindari perasaan berburuk sangka pada mereka serta kejadian-kejadian tak terduga yang tidak kita inginkan, seperti kejadian yang saat ini sedang kami alami. Mungkin saja, sebetulnya ( mudah-mudahan ), dia pada posisi yang memang betul-betul harus menonaktifkan hpnya terlebih dahulu daripada bingung menjawab pertanyaan saya kenapa uangnya belum dikirim.
     Dan betul juga, satu minggu kemudian dia menghubungi kami via email di facebook. Meski harus kucing-kucingan, pada saat akun saya tidak aktif. " Ass maaf bos da problem,maaf jg ru knfirmsi,hp ku rusak msih belum jdi,orangnya mlah pan trnsfer kecelakaan,jdi sya bingung ngmongnya,tp kmarin sya dah ke pengurusnya,lg di urus2 dulu,,, "
     " Segera sy tunggu konfirmasi, secptnya. Jgn buat sy su'udzon mas. Lg Ramadlan jd ngganggu ibadah. Tdnya sy mo k rmh/sekolah/pondok ente buat nyari info. "
    Lalu saya melanjutkan lagi,  " Klo memang ga jd sy minta secptnya dikrm lg k rmh sy. Ato sy yg dtg k rmh/ pondok sj ? "
    Esoknya dia baru menjawab. " Nunggu hp sya jdi bos,,,hari sbtu. "
Saya pun terus tanggap mengahapi beberapa kejanggalan yang saya rasakan, dengan cara menghubungi pengurus pondok tempat dia bernaung, serta beberapa rekannnya, dengan harapan mencari kebenaran informasi.
      Dan benar saja, dia mulai tidak suka dengan cara-cara kami menelusuri 'keberadaannya' dengan mengirim email lagi via facebook, empat hari kemudian : " Pondok g ada sangkut pautnya dngan ini,pondok Al-Fatah cuman trnsit brang,aslinya dieng,klo smpzan mau kerumah ku,itu alamat nya kebutuh duwur pagedongan...bntar klo dah clear tak kbri bos ni ruwet mslahny,sya hrus mondar mandir. "
     Alhamdulillah, beberapa hari kemudian dia menghubungi saya lagi via handphone, pada saat kebanyakan orang tengah tertidur lelap ! Untungnya saya tengah terjaga sehingga dapat langsung membalas dan memborbardirnya ( hehe...) dengan pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang akhirnya membuat dia mengaku salah dan berjanji akan menyelesaikannya pada lebaran ke tiga nanti.
     Alhamdulillah, walaa khaula walaa quwwata illaa billaah... Semoga saja dia tidak sedang berbohong, amin...

1 komentar:

Solichin Toip Musik mengatakan...

Alhamdulillah... dia mengaku salah, meski sangat lambat & membayar 75 % dari jumlah total yang menjadi kewajibannya.