" Kalau tidak karena engkau Muhammad, kalau tidak karena engkau, tidak akan Aku ciptakan alam semesta ini. " Hadits Qudsi.
Bulan Rabi'ul Awwal atau populer disebut bulan Maulid telah memasuki hari yang ke 26. Artinya bulan
maulid di tahun ini sudah di penghujung, detik-detik akhir. Namun sebagai umat yang mencintai pimpinannya hendaknya kita tidak hanya bershalawat dan memuji-muji beliau pada bulan kelahirannya saja. Sepanjang hari dan bulan hiasilah hidup dengan shalawat. Tiada hari tanpa shalawat, demikian yang pernah kami dengar dari seorang guru agama.
maulid di tahun ini sudah di penghujung, detik-detik akhir. Namun sebagai umat yang mencintai pimpinannya hendaknya kita tidak hanya bershalawat dan memuji-muji beliau pada bulan kelahirannya saja. Sepanjang hari dan bulan hiasilah hidup dengan shalawat. Tiada hari tanpa shalawat, demikian yang pernah kami dengar dari seorang guru agama.
Setiap kali bulan kelahiran Rosulullah ini datang, kalangan muhibbin (para pencinta Rasulullah) dan nahdiyyin ( kaum Sunni ) marak menggelar acara maulid. Dari yang sederhana seperti pembacaan maulid Ad-Diba, Barzanzi, Simtudh-Dhuror dan kitab-kitab maulid lainnya setiap hari di surau-surau dan mesjid, sampai yang besar-besaran seperti yang digelar di kalangan habaib ( keturunan Rasulullah ) di lapangan-lapangan terbuka. Di acara ini dapat dipastikan kemarakannya selalu diselingi dengan shalawat dan irama rancak rebana Hadrah, Qasidah sampai Marawis.
Namun yang sangat disayangkan, meski telah berlangsung ratusan tahun, belakangan muncul kelompok yang menentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurut mereka, perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan pembacaan riwayatnya cenderung menjerumuskan umat Islam kepada pengkultusan, bid'ah dan lain sebagainya.
Allah SWT dan Para Malaikat Bershalawat kepada Rasulullah SAW
Berikut nukilan hasil wawancara Ahmad Iftah Shiddiq dari Majalah alKisah dengan ulama yang menjadi salah satu ikon maulid almarghum almaghfurlah Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi, Solo pada Maret 2006 yang lalu. Bahwa, menyelenggarakan peringatan maulid bukanlah pelanggaran syariat. Sebaliknya memperingati kelahiran atau mengucapkan selamat atas kelahiran seseorang, terlebih ia seorang Nabi, mempunyai dasar kuat dalam Al-Quran surat Maryam : 33
" Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan , pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan kembali. "
Dan Rasulullah SAW sendiri memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa di hari kelahirannya yaitu hari senin. Kegiatan apakah yang kita kerjakan ketika hari kelahiran kita diperingati ?
Apa yang kita lakukan selama ini untuk menghormati Rasulullah SAW belumlah mencukupi sebagaimana penghormatan yang dilakukan oleh Allah SWT (Sang Penciptanya) dan para Malaikat-Nya seperti yang dimaksud dalam surat Al-Ahzab : 56
" Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. "
Penghormatan Allah dan para Malaikat-Nya adalah bentuk kebanggaan, pengagungan atau penghargaan kepada sosok Rasulullah karena akhlak dan budi pekertinya yang amat luhur. Sedangkan penghormatan kita kepada beliau adalah wujud pengucapan ' terima kasih ' atau pemuliaan karena jasa-jasanya dalam membawa Risalah Islam.
Memuliakan Rasulallah Tidak Bermakna Menyembahnya.
Dalam surat Al-Insyirah ayat 3 disebutkan, " Dan telah KUtinggikan penyebutanmu. "
Ayat tersebut memperkenankan kita mengagungkan Rasulullah selama tidak menyamakan kedudukannya dengan Sang Maha Tunggal Allah SWT. Pengagungan itu tidak boleh bertentangan dengan ketetapan Allah. Misalnya mengatakan bahwa Muhammad adalah anak Allah_seperti yang dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani_sebagaimana ditulis dengan cukup indah oleh Imam Bushairi dalam Maulid Burdah-nya ;
" Dialah sosok yang sempurna makna dan bentuknya, yang kemudian dipilih menjadi Kekasih Sang Penghembus Angin Sepoi-sepoi. Pengungkapan kebaikannya terjaga dari kemusyrikan, maka mutiara keindahannya tak terbagi. Tinggalkanlah apa yang dikatakan kaum Nasrani tentang nabinya, dan pujilah ia ( Rosulullah ) semaumu asal masih dalam batasan hukum itu. Maka nisbatkanlah kemuliaan dan keagungan apapun yang kau kehendaki kepadanya. "
Dari berbagai sumber dengan tata bahasa oleh Solichin Toip
0 komentar:
Posting Komentar