Kamis, 16 Mei 2013

Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

masjidil haram
Pengertian Isra Mi'raj   
     Isra Mi’raj seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab, seorang pengarang  Tafsir al-Misbah, adalah peristiwa yang luar biasa. Setiap kali kita mengagumi hal yang luar biasa,
hendaknya kita mengucapkan perasaan kagum itu dengan kalimat ;  سـبحــن اللــه  atau Maha Suci Allah. Demikian halnya ketika berkisah mengenai Isra Mi’raj, Allah SWT mengawali ayat-Nya dengan kalimat ; Subhaanalladzi...
     Di awal surat al-Isra dipaparkan keluarbiasaan peristiwa tersebut, yang sekaligus juga 'menyucikan' Sang Maha Kuasa dari dugaan-dugaan makhluk-Nya yang tidak taat [orang-orang kafir], bahwa Dia tidak kuasa melakukan hal yang luar biasa. Semua itu juga dalam rangka membuktikan, bahwa perintah-Nya_sebagaimana  yang dinyatakan dalam surat an-Nahl, bukanlah karena Allah tak mampu melakukan sesuatu dengan cepat.
اتــي امـر اللــه فـلا تسـتـعـجـلـوه. سـبحـنه وتـعـالى عـمـا يشـركـون : النحـل:1
“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah ( hari Kiamat ) maka janganlah kamu meminta agar disegerakan ( datangnya ). Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. “

     Mengambil hikmah ayat di atas, bahwa kita tak perlu memaksa diri untuk mendapatkan sesuatu dengan cepat. Ibarat makanan cepat saji atau instant, sesuatu yang instant biasanya berkadaluarsa atau tidak langgeng. Biarlah semua berjalan wajar, mengalir seperti air, terarah dan pasti tujuannya_tanpa mengurangi usaha dan doa . Pun demikian halnya dengan hari Kiamat, jika ketetapan hari itu datangnya tidak saat itu kenapa kaum musyrikin memaksa-maksa Rasulullah membuktikan janji Tuhannya itu? Sebagai umat Islam cukuplah meyakini bahwa hari akhir itu pasti datang, karena itu adalah bagian dari rukun iman.
 واصـبـر ومـا صـبـرك الا بـاللــه ولا تحـزن عـليهـم ولا تـك فـي ضـيق مـمــا يمـكـرون : النحـل:127
“ Bersabarlah ( hai Muhammad ) dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati  terhadap [kekafiran] mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipudayakan. “

Tahun Kesedihan
     Menurut Syaikh As-Sya’rawi, akhir surat an-Nahl tersebut menggambarkan kehidupan Rasulullah yang tengah menghadapi masa-masa sulit, yakni gangguan risalah Kerasulan beliau dari kaum kafir Quraisy yang kian menjadi-jadi, kesedihan karena wafatnya Abu Tholib salah satu pamannya yang senantiasa membela dakwahnya, juga istri tercintanya : Khadijah RA yang senantiasa mendukung perjuangan dan menanamkan ketenangannya kepada beliau. Kepergian anggauta keluarganya itu sangat dirasa oleh Rasulullah, sehingga tahun kematian itu disebut ‘Amulhuzn atau " Tahun Kesedihan ".
     Allah SWT tidak meninggalkan manusia pilihan-Nya serta membuktikan bahwa Dia selalu bersamanya. Seakan-akan Allah menghibur dengan kalimat “ Kalau penduduk bumi menolak kehadiran dan menentang ajaran yang kau sampaikan, tidak demikian halnya dengan penduduk langit. ” 
     Bertolak dari kejadian-kejadian yang menimpa Rasulullah itulah, kemudian Allah SWT meng-Isra’ Mi’rajkan. Hikmahnya untuk umat Islam antara lain adalah bahwa, siapa saja yang tengah menegakkan Agama Allah, membela kesucian Islam, menjadi guru mengaji, berdakwah, mencari penghidupan yang halal, menjaga martabat rumah tangga dan keluarga, menjaga hubungan baik dengan orang tua, guru, teman, tetangga, bahkan non muslim sekalipun_jika semua itu didasari niat mengharap ridla Allah, maka insya Allah pasti Allah akan menjadi Penolongnya.
 ان تـنصــر اللــه ينصــركـم
“ Jika kamu menolong agama Alloh maka Alloh akan menjadi penolongmu. “

Makna kata Isra Mi'raj
     Ayat pertama  surat al-Isra’ dimulai dengan menyebut keagungan Allah, Subhanallah... Dengan mengucapkan  kata Subhanallah si pengucap mengakui, bahwa tidak ada perbuatan Allah yang kurang atau tidak sempurna atau tercela, tidak ada ketetapan-Nya yang tidak adil, baik terhadap manusia, makhluk lain maupun si pengucap itu sendiri. Kata Subhanallah juga biasa digunakan untuk menunjukkan kegaguman terhadap sesuatu. Dalam konteks ayat ini yang mengagumkan tersebut adalah peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah SAW. Perjalanan Isra bukanlah atas kehendak beliau, juga tidak terjadi atas dasar kemampuannya, tapi semua itu atas Kehendak dan Kekuasaan Allah SWT. Namun kemudian peristiwa Isra Mi'raj dikenal sebagai salah satu mu'jizat Nabi Muhammad SAW.
     Selanjutnya kata Lailan dalam ayat ; سـبحــن الـذي أســرى بـعــده لـيلا...  
Sekilas, masih kata Quraish Shihab, tidak diperlukan setelah ada kata asra’ yang sudah mengandung arti ‘perjalanan malam’. Beberapa ulama berpendapat kata Lailan mengandung makna ‘sedikit’, sehingga dapat difahami bahwa perjalanan malam itu tidak berlangsung sepanjang malam, tapi hanya beberapa saat dari waktu malam saja. Bahkan riwayat lain menyebutkan, perjalanan malam itu berlangsung sangat singkat. Sehingga ketika Rasulullah kembali ke rumahnya di Mekkah, beliau masih menemukan kehangatan pembaringannya yang baru saja ditinggalkan.
     Ada juga ulama yang berpendapat, kata Lailan mengisyaratkan bahwa peristiwa yang mengagumkan itu terjadi di waktu malam ketika semua orang tengah tidur. Dengan demikian perjalanan itu  bukanlah dengan jasad beliau, melainkan dengan jiwanya. Sedangkan menurut Sayyid Quttub, kata tersebut bertujuan memberikan gambaran tentang “ ketenangan malam dan ketenangan jiwa yang dipenuhi gerakan yang lemah lembut. “
     Wallaahu A'lam bish-shawab.

0 komentar: