Kuningan, adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat, dengan beribukotakan Kuningan. Posisi astronomisnya di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat dan berbatasan langsung di sebelah utara dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di sebelah barat (wikipedia.org).
Iklimnya cenderung sejuk dan dingin. Stb pernah merasakan hidup di daerah ini selama kurang lebih 1 tahun lamanya. Juga pernah merasakan dinginnya angin malam di atas bangku kosong yang sengaja ditinggalkan pedagang di siang hari, di atas trotoar sisi Masjid Agung Kuningan, ketika dagang keliling menjajakan alat musik Rebana.
Yang demikian adalah pengalaman hidup yang luar biasa, setidaknya menurut Stb, demi mengangkat eksistensi rebana yang hampir punah. Juga demi status ekonomi dan sosial keluarga Stb yang terpuruk, karena dampak krisis ekonomi global 1998.
Strategi Pemasaran
Dagang keliling memberikan memberikan banyak nilai positif_meskipun saat itu hasil dari dagangan yang terjual hanya cukup untuk makan dan akomodasi saja. Namun nilai keuntungan yang bersifat spiritual dan immaterial memiliki jumlah yang tak ternilai. Salah satu pengalaman pemikiran yang Stb dapatkan adalah adanya strategi baru dalam menjaring pemakai dan penikmat musik rebana yang selama ini tidak Stb ketahui (pangsa pasar baru). Harap maklum, Stb bukanlah lulusan sarjana ekonomi ataupun jurusan 'Kebisnisan'.
Dengan kata lain, industri kecil rebana di desa Kaliwadas real tertinggal beberapa langkah dengan industri yang sama dari daerah lain. Kerajinan rebana di desa Kaliwadas hanya berkutat pada pembuatan Rebana Diba, Genjring Sholawat (Syrakal) dan Rebana Samrah (Qasidah) saja, yang peminatnya saat itu hanyalah orang-orang dewasa atau usia lanjut. Padahal, ada produk rebana lain yang tengah ramai dibicarakan, yakni rebana Rebana Hadrah Pekalongan versi Salafudin dan Rebana Duror (Simthudduror), yang peminat dan penikmatnya kebanyakan dari kalangan anak-anak remaja. Otomatis pasarnya pun lebih luas.
Realitanya, perkembangan yang sedang terjadi di luar daerah, terutama di beberapa pesantren yang notabene sebagai basis seni Islam itu dikibarkan, ternyata berbeda jauh dari produk instrumen musik yang selama ini dibuat di daerah Kaliwadas, Bumiayu.
Rebana di Era Presiden BJ Habibie dan Gus Dur
Maka, di rumah, prioritas ekspansi baru produk rebana segera disusun dan kerjakan segera. Ketika pengrajin lain belum mengetahui dan memproduksi, Stb segera bekerja keras membuat Rebana Hadrah plus Kolaborasi Bassnya, yang tengah laris di pasaran tersebut.
Promosi gencar segera Stb lakukan, meskipun dengan cara apa adanya (tradisional). Berhasilkah ? Alhamdulillah, lambat laun nilai jual rebana Kaliwadas mulai terangkat lagi. Para pembeli pun mulai berdatangan ke desa kami.
Maka, para penikmat musik shalawat alias band kepret ini, yang kebetulan tidak langsung datang ke rumah kami, otomatis tetap akan menggunakan produk Stb juga, meski tanpa merek Solichin Toip. Karena pengrajin lain (tetangga) tetap akan datang membeli produk Stb untuk melayani tamu atau pembeli yang datang ke rumah mereka. Ini terjadi di era Presiden ketiga BJ Habibie atau awal 1999 hingga dilanjutkan di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Bersambung ke Jurus Barakah Bagian III
Simak lagi Jurus Barakah Kyai Bagian I
0 komentar:
Posting Komentar