Tidak mau ribet beli alat musik? Silakan belanja online via Shopee

Senin, 12 November 2012

Jurus Barakah Kyai Bagian VI; Dilema Pengrajin Baru


Dilema Pengrajin Baru, Pemodal dan Pembeli Rebana
     Lebih dari limapuluhan orang menggantungkan hidupnya dengan menjadi pengrajin alat musik di desa Kaliwadas, kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Masing-masing memiliki ciri khas sendiri baik mengenai produk, harga, kualitas dan
kuantitas serta pangsa pasarnya. Di antara mereka separuhnya adalah ( hanya ) pemodal atau pemasar. Sedangkan sebagian yang lain adalah para pengrajin asli. Di antara pengrajin asli itu kebanyakan adalah eks karyawan yang mencoba mandiri. Tidak sedikit pula yang asalnya kaum perantauan yang kemudian mencoba mencari peruntungan seperti kami.
     Karena belum mempunyai pasar sendiri, pengrajin-pengrajin baru ini banyak yang menjajakan sendiri produknya secara langsung keluar kota. Biasanya mereka menggunakan sepeda motor, bahkan ada yang berjalan kaki, menawarkan dari sekolah ke sekolah, pintu ke pintu, dan lain-lain. Yang kurang pengalaman dan tidak mau repot biasanya akan bekerja sama dengan para pemodal yang mayoritas membuka show room di sepanjang jalan sentra industri Kaliwadas (Tahun 2012 media sosial dan internet belum booming di desa kami).
    Ini yang memprihatinkan, karena mereka akan tertekan dengan harga yang sangat rendah, sehingga berimbas pada kehidupan ekonominya yang cenderung stagnan. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar karena kekurangan modal usaha. Sementara pemodal akan terus berkembang dan menjadi kaya, karena di sisi lain dia juga akan menjerat calon pembelinya dengan harga yang mahal !
     Siapa yang paling dirugikan ? Pengrajin, pemodal atau pembeli ? Pengrajin akan terus rugi karena ditekan dengan harga rendah oleh pemodal. Dan pembeli juga menjadi pihak yang paling terugikan karena imbas hubungan bisnis yang kurang sehat antara pemodal dan pengrajin.
     Banyak pengrajin baru yang pandai dan cerdik. Dia akan mensiasati kerja samanya dengan pemodal dengan memproduksi barang yang benar-benar di bawah standar ( koden ).  Baik kualitas kekeringan kayu, kulit, cat, pita, paku dan lain-lain. Bahkan ada yang bermain ‘kucing-kucingan’ dengan menjual barangnya ke orang lain untuk mendapatkan harga yang lebih. Meskipun, sebetulnya, modalnya berasal dari pihak pertama (pemodal).

Pembeli Pilihan akan Beralih ke Produsen Terbaik
     Menjadi wajar ketika seseorang ingin mendapatkan atau membeli sesuatu maka dia akan mencari harga yang termurah. Namun menjadi kurang cerdas jika kemudian dia tidak memprioritaskan kualitasnya. Karena barang mahal idealnya barang tersebut tentunya berkualitas tinggi. Sementara barang murah sudah tentu kualitasnya juga rendah.
     " Barang mahal akan berkesan wah, sementara barang murah akan menjadi sampah. " begitu kira-kira kata pepatah.
      Suara Tunggal Bahana sebagai perusahaan perorangan senantiasa mengutamakan kualitas barang daripada mengejar kuantitasnya. Tidak sedikit instansi tertentu, toko musik atau perorangan yang bermaksud memberikan tender besar tapi kemudian ditolaknya. Hal ini selalu dikarenakan target waktu yang tidak memadai serta harga yang tidak sesuai spesifikasi yang mereka inginkan.

Keluhan Seorang Pelanggan Baru
      “ Kami baru tiga bulanan ini telah membeli rebana Hadrah di toko X di pinggir jalan Kaliwadas. Tapi sekarang keadaannya sudah seperti ini, “ cerita seorang tamu dari Purbalingga, pelanggan baru kami. " Saya pernah menelpon untuk meminta garansi atau setidaknya bisa tukar tambah tapi katanya tidak bisa. " lanjutnya dengan wajah sedih dan kecewa.
     Ia datang bersama seorang pelanggan setia kami dengan maksud menukar rebana Hadrah Simtudh-Durar miliknya yang masih baru tapi sudah rusak. Kulitnya masih utuh, tapi suaranya sudah seperti Bass. Tempat pemasangan kulitnya pun bergelombang. Sehingga dipastikan ketika masih baru pun suaranya tidak jernih alias fals.
      “ Padahal harganya tidak berbeda jauh dengan produk Mas Lihin, “ curhat dia lagi. [ Mas Lihin = Solichin Toip ]
     " Produk Hadrah kami memang lebih mahal dari produk pengrajin lain di desa kami. Bahkan dengan harga toko sekali pun di sini. Tapi harga mahal yang kami sodorkan adalah bukan harga penawaran alias harga paten yang memang sudah berlaku umum. Silakan tanyakan pada grup lain yang kebetulan membeli pada kami, maka insya Allah harganya akan sama. Jika pun ada perbedaan itu hanya selisih antara 50-100 ribu. Itu pun sebagai bentuk infaq group atau shadaqah untuk membantu membeli bensin dan makan saja. harga ke luar Jawa pun harganya sama. Yang membedakan cuma ongkos kirimnya saja." urai kami panjang lebar.
     Sementara pada pengrajin lain atau toko-toko di sini bisa saja menawarkan harga yang jauh lebih mahal dari kami. Jika calon pembeli tidak pandai menawar, maka yang terjadi justru harga di tempat lain bisa lebih mahal dari produk kami. Tidak mugkin pembeli menawar harga separuh dari harga yang mereka tawarkan, karena itu bisa dianggap melecehkan. Padahal yang separuh itu boleh jadi harga resmi kami. Maka jika calon pembeli menawar seperempatnya saja, logikanya harga itu sudah di atas produk kami. "
     Alhamdulillah, setelah proses negosiasi akhirnya dia sekarang telah menjadi pelanggan baru kami. Dia langsung membeli dua set Rebana Hadrah. Yang satu set hasil tukar tambah dengan produk lain. Sementara yang satu lagi membelinya secara penuh. Dua Rebana Hadrah itu kemudian kami labeli dan diberi nomer produksi 941 dan 942.
     Bersambung ke Jurus Barakah Kyai Bag. VII,
Atau baca kembali,
Jurus Barakah Kyai Bag. I
Jurus Barakah Kyai Bag. II
Jurus Barakah Kyai Bag. III
Jurus Barakah Kyai Bag. IV
Jurus Barakah Kyai Bag. V

0 komentar: