Minggu, 11 September 2016

JURUS BARAKAH KYAI BAGIAN XVI: SYAHDUNYA PADANG ARAFAH

Hamba, adalah seorang di antara total dhuyufurrakhman sejumlah enam juta duaratus limapuluh ribuan jamaah haji yang ikut berjubel-jubel di
bawah teriknya matahari 40°C di Padang Arafah yang_menurut cerita orang-orang yang sudah berhaji, begitu panas, gersang nan tandus. Meski di sini telah tumbuh beberapa jenis pohon yang salah satunya adalah pohon Soekarno (  nama presiden pertama RI ), namun kata mereka suasananya begitu panas !
     Hamba tak bisa membayangkan bagaimana dahulu manusia pertama Nabiyullah Adam 'Alaihissalam dipertemukan dengan sang istri tercinta Hawa di Jabal Rakhmah, Arafah yang cuaca dan suasananya_logikanya lebih panas dan gersang dari sekarang.
     Hamba, sesuai yang dialami secara pribadi di miniatur padang Makhsyar ini, memandang dan merasakan puncak ritual ibadah haji ini alhamdulillah tidak seperti yang diceritakan orang-orang; cuaca panas membara, serba harus prihatin dan sebagainya. Segala puji bagi Allah semuanya berjalan dengan baik. Bahkan ada perasaan kerasan, nikmat serta kesyahduan hati yang tidak terlukiskan.
     Jika ana saja yang entah cicit keberapa dari Nabi Adam dan Hawa bisa merasakan kesyahduan di padang Arafah, lalu bagaimana dengan sepasang manusia pertama surga ketika kali pertama dipertemukan di muka bumi ini ?

Ujian kesabaran lebih berat daripada Teriknya Matahari Miniatur Makhsyar
     Taubat yang diteriakkan, sesal dosa yang sudah dilakukan selama ini, harapan dan doa untuk diri serta orang-orang tercinta di tanah air berbaur satu dengan isak haru, sedih, kecewa dan lain-lain karena bertubi-tubi mengalami banyak karakter jamaah haji lain yang egois dan kurang simpatis kepada sesama jamaah. Semuanya terasa hilang tak berbekas bersamaan khutbah wukuf disampaikan oleh sang khatib kala menyatakan : saat ini Allah Swt turun langsung dan mengajak para malaikat-NYA agar menjadi saksi bahwa saat ini DIA memberikan ampunan kepada seluruh hamba-Nya yang ikhlas datang 'menjemput ' ampunan-Nya.
     Namun hati yang tersenyum bahagia menjadi takut ketika khatib juga menyampaikan, bahwa saat ini Allah juga tengah memilih siapa saja hamba-NYA yang pantas mendapat gelar haji  mabrur wamabrurah.
     Ya Allah, hamba-Mu ini datang bersama seorang istri tercinta dan sudah menghabiskan banyak biaya, tenaga, fikiran serta harapan dan kepasrahan puncak,  jika Engkau tidak menyematkan stempel mabrur wamabrurah pada kami, maka betapa kami telah merugi dalam segalanya... 
Ya Allah ya Rabbi, siapakah hamba-MU yang beruntung itu?

Hamba Merajuk Ya Allah
Allaahumma yaa Allaah...
Di garis lurus multazam ini
Di antara jutaan hamba-Mu
Yang berdesak
Berputar-putar
Memanggil-manggil
Nama-Mu nan Agung
kami ungkapkan kegelisahan
Kehambaan ini
Kami tak ragu d padang Arafah itu
Engkau bebaskan para pendosa
Bahkan para Malaikat hanya bungkam
Tak berani menentang
Rakhman Rakhim-Mu
Allaahumma yaa Allaah....
Taubat ini tak berarti
Meski Engkau ampuni
Jika akhirnya keputusan terakhir-Mu
Mabrur mabrurah
Tidak Engkau sematkan


Atau baca kembali,

0 komentar: